planet_kita

Suatu Saat di Pojok Alam Semesta...

27 Juni 2008

Semua Serba Terlambat dan (Ternyata) Saling Berhubungan

Artikel ini ditulis akhir 2006. Sebagian artikel ini telah ditulis dalam berbagai blog berbahasa Indonesia. “Kegelisahan” yang ingin disampaikan disini adalah bahwa ternyata antara ranah metafisika dan fisika memiliki kemungkinan untuk “bertemu”. Boleh jadi,mungkin, seperti jin dan manusia. Kali aja yee…



Kelahiran Yesus Kristus lebih dari 2006 tahun lampau ditandai dengan keberadaan bintang Bethlehem.Muncul berbagai versi "apa sebenarnya" bintang Bethlehem itu ?. Seperti tertulis dalam Injil Matius 2 : 1-2, bintang Bethlehem terbit di ufuk timur telah diamati dan ditafsirkan oleh orang Majusi,yang mendiami wilayah timur Yerussalem, sesuai dengan astrologi waktu itu.

Astrologi telah menjadi bagian budaya berbagai bangsa di dunia selama ribuan tahun bahkan hingga sekarang. Melalui pengetahuan ini keberadaan dan posisi benda-benda langit dinilai mengisyaratkan peristiwa yang terjadi dan akan terjadi di Bumi.

Sebagai contoh versi terkuat dari Bintang Bethlehem adalah konjungsi Yupiter dengan Saturnus di Rasi Pisces pada 7 SM. Konjungsi terjadi bila dua atau lebih benda langit dalam posisi berdekatan di bola langit. Dalam tahun itu, terjadi 3 kali konjungsi. Fenomena ini sangat istimewa karena akan berulang setiap 900 tahun.

Yupiter melambangkan "Planet Raja" atau juga " yang Memerintah Alam Raya". Saturnus melambangkan "Pelindung Bangsa Yahudi". Rasi Pisces melambangkan " Rumah Bangsa Yahudi". Berita yang diisyaratkan oleh konjungsi itu " Telah lahir di tanah Yahudi, Raja dan Pelindung bangsa Yahudi yang memerintah Alam Raya ".

Ada juga versi lain seperti konjungsi Yupiter dengan bintang Regulus –bintan terterang di rasi Leo-- sebanyak 3 kali pada 3 SM hingga 2 SM. Bintang Regulus melambangkan "Bintang Raja". Rasi Leo melambangkan "bangsa Yahudi" atau "Raja / penguasa/pemimpin ". Penafsirannya sama seperti di atas.

Versi lainnya adalah konjungsi Yupiter,Saturnus dan Mars di Rasi Pisces pada 6 SM yang akan berulang setiap 800 tahun. Juga memiliki penafsiran yang tak jauh berbeda. Selain itu ada versi nova (ledakan bintang), komet, meteor, okultasi Bulan terhadap Yupiter dan konjungsi Yupiter dengan planet Venus di rasi Leo.

Hadir belakangan dari astrologi, ilmu pengetahuan modern membangun fondasi dirinya dengan rasionalitas dan melalui percobaan ilmiah (empirisme) guna menjelaskan fenomena alam.


Zaman Renaissance

Semua berawal pada abad 16 - 17 yang dinamakan zaman Renaissance dimana kebudayaan Yunani yang telah disemaikan di tanah Arab berpindah ke daratan Eropa mendapatkan daya hidup dengan mendudukkan fikiran sebagai alat utama untuk memahami alam. Alam dipandang sebagai sebuah objek yang bergerak secara mekanis dan bisa dihitung secara matematis. Alam tidak mengisyaratkan kemampuan spiritual yang mempengaruhi nasib manusia. Alam tak ubahnya seperti jam raksasa yang bergerak sangat teratur.

Akibat gravitasi Matahari, planet-planet mengitari Matahari secara teratur dimana perbandingan kuadrat periode orbit dengan jarak planet ke Matahari pangkat tiga selalu berharga sama (Hukum ketiga Kepler).Dimana dalam rentang waktu yang sama,sebuah planet akan menyapu bidang elipsnya dengan luas yang sama (Hukum kedua Kepler). Dan lainnya.

Hebatnya lagi, fenomena alam yang akan terjadi seperti gerhana Bulan atau gerhana Matahari dapat diperkirakan dengan akurat.


Cahaya Penghubung Jarak

Pada akhir abad 19 Albert Michelson dan Edward Morley melakukan percobaan untuk menentukan kecepatan cahaya. Ternyata cahaya bergerak dengan kecepatan sama diberbagai media dan kemanapun arahnya sebesar hampir 300 ribu km/detik.

Meskipun, jauh hari sebelumnya astronom Denmark, Ole Romer (1644-1710) mengukur kecepatan cahaya dengan mempergunakan data jarak Bumi-Matahari yang telah dihitung dengan cermat oleh astronom Italia, Giovanni Cassini (1625-1712), pada 1672. Diperoleh hasil besar kecepatan cahaya 298 ribu km/detik. Mendekati yang sebenarnya.

Informasi mengenai kecepatan cahaya ini sangat penting dikarenakan satu-satunya isyarat yang menghubungkan Bumi dengan benda langit hanyalah cahaya (tidak hanya cahaya tampak). Dengan informasi ini, manusia dapat memahami dimensi ruang alam semesta. Tidak sebatas pada Tata Surya dan galaksi Bima Sakti.

Jarak yang merentang dari berbagai benda bercahaya di langit memberi pengertian bahwa apa yang terjadi di benda yang bercahaya tersebut tidak seketika tiba di Bumi. Mereka memerlukan waktu,beberapa menit, ribuan bahkan jutaaan tahun, tergantung jaraknya. Apa yang tiba di Bumi sekarang adalah apa yang terjadi di masa lalu benda bercahaya tersebut. Berbeda dengan astrologi masa lalu dimana bintang dan planet berada pada lengkungan bola langit pada jarak yang sama.

Bila informasi yang tiba di Bumi serba terlambat, bagaimana benda-benda langit tersebut bisa (dikatakan) memberitakan apa yang (akan) terjadi di Bumi secara aktual ?. Ilmu pengetahuan modern tidak bisa menjelaskan wilayah kerja astrologi yang berada di ranah metafisika.

Saling Berhubungan

Namun kemajuan ilmu pengetahuan yang bersinergi dengan teknologi pada abad 20 membawa lompatan besar di dalam memandang alam. Pada diri ilmu pengetahuan itu sendiri, berbagai cabang ilmu bahu-membahu mencoba menguak berbagai misteri.

Pertanyaan ribuan tahun lalu ," Apakah benda-benda langit berpengaruh dan berhubungan terhadap kehidupan manusia (atau Bumi) ?". Ternyata masih aktual. Dan layak untuk dijawab.

Henrik Svensmark dari the Danish National Space Center menuliskan hasil penelitiannya pada the journal Astronomische Nachrichten edisi November 2006 bahwa kehidupan di Bumi berkaitan erat dengan radiasi kosmik yang dipancarkan oleh bintang. Pada 2,4 milyar tahun lalu terjadi “ledakan” kelahiran bintang di galaksi Bima Sakti dan ledakan amat dahsyat bintang (supernova).

Radiasi kosmik yang diterima Bumi meningkat tajam, memicu pembentukan awan yang membuat iklim di Bumi berubah menjadi lebih dingin. Bumi berada di era zaman es. Kondisi ini ternyata merangsang kemunculan berbagai jenis organisme sederhana.

Waktu itu, proses fotosintesis yang memperlihatkan produktifitas makhuk biologi di Bumi meningkat tajam. Bakteri dan alga mengonsumsi karbondioksida,yang merupakan hasil ikatan atom karbon-12. Sebagai hasilnya, lautan—tempat awal mula munculnya makhluk hidup—mendapat kelimpahan atom karbon-13 yang turut membentuk batuan karbonat yang menjadi bukti penelitian Henrik Svensmark.

Penelitian Gunther Korschinek dari the Technical University , Munich, Jerman yang dimuat dalam the journal Physical Review Letters edisi 22 Oktober 2004 menyatakan ledakan supernova pada 2,8 juta tahun lalu mengakibatkan kelimpahan atom besi-60 dan mempengaruhi evolusi manusia.

Dua penelitian di atas adalah sedikit contoh penelitian ilmu pengetahuan modern yang mengukuhkan bahwa—meskipun selalu terlambat tiba di Bumi—benda-benda langit turut mempengaruhi jalan sejarah kehidupan di Bumi.



Keterangan gambar :

Siklus Sejarah Bintang

Ilustrasi sejarah bintang dari awan dengan jumlah massa kritis-terbentuk piringan akresi-bintang lahir-bintang meledak dan melontarkan materi ke berbagai penjuru-materi yang tersebar berkumpul- dan kembali ke awal lagi terbentuk awan. Dari tiap tahap ini,berbagai radiasi dipancarkan dan menimpa Bumi.
( gambar oleh Bill Saxton, NRAO/AUI/NSF )






Radiasi Kosmik
Radiasi Kosmik menembus atmosfer Bumi dan memicu pembentukan awan yang berdampak mengubah Bumi menjadi lebih dingin (Gambar oleh Danish National Space Center )








Konjungsi Yupiter dengan Venus di Rasi Leo
Ilustrasi konjungsi Yupiter dengan Venus di Rasi Leo ketika baru terbit di ufuk timur merupakan salah satu versi mengenai bintang Bethlehem. Konjungsi ini dalam pandangan astrologi mengisyaratkan “Kelahiran Raja atau Pemimpin “ (sumber internet)

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda