planet_kita

Suatu Saat di Pojok Alam Semesta...

15 Mei 2008

Demiliterisasi Antariksa, Mungkinkah ?



ANTARIKSA adalah tapal batas akhir penjelajahan manusia (human’s last frontier). Ungkapan ini berarti setelah mampu menjangkau setiap relung permukaan dan angkasa Bumi maka tujuan manusia selanjutnya adalah di luar angkasa Bumi.
Terlepas dari perlombaan senjata yang menghuni antariksa, hingga sekarang ini, berbagai satelit yang diluncurkan telah berhasil mengemban misi yang berguna bagi kemajuan peradaban manusia. Kini, semakin diakui arti penting dan strategisnya antariksa bagi manusia.
Berbagai macam kerja sama internasional dilakukan--terutama-- paska perang dingin di dalam memanfaatkan antariksa menjadi bukti atas arti penting antariksa bagi tujuan damai. Antariksa menjadi milik bersama dan tidak dimonopoli oleh negara kuat manapun. Juga merangsang gelora manusia didalam menjawab tantangan seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Peroketan Rusia, Konstantin E Tsiolkovsky (1857-1935), “Bumi merupakan buaian pikiran, tetapi orang tidak dapat selamanya tinggal dalam buaian”.
Dalam impian futuristik manusia memiliki dua pilihan yaitu membangun koloni di luar Bumi atau terus menerus melakukan penjelajahan di segala penjuru alam semesta dengan membangun koloni di pesawat antariksa.
Sayangnya gambaran bahwa manusia sebagai makhluk cerdas,yang lahir 4,6 milyar tahun setelah Bumi terbentuk, yang diasumsikan memiliki kesadaran bahwa sekarang ini tinggal bersama di sebuah planet kecil yang rapuh ternyata terlalu muluk. Kenyataannya sang homo sapiens berbeda satu dengan yang lain dan terus menerus berkompetisi serta mengedepankan siapa yang kuat.
Semangat bahwa antariksa adalah milik bersama diabaikan. Muncul pertanyaan antitesis “antariksa sebenarnya milik siapa ?“. Jawabnya adalah siapa yang memiliki sumber daya (iptek,manajeman dan dana) terbesar. Termasuk dalam hal penggunaanya untuk tujuan militer. Situasi yang berlawanan secara moralitas.
Muncul kekuatiran banyak pihak.Mengingat ketimpangan sumber daya tiap negara dibandingkan dengan negara maju terutama negara Amerika Serikat, yang menjadi negara super power satu-satunya sekarang ini.
Demiliterisasi
Demiliterisasi antariksa digaungkan oleh banyak pihak. Termasuk Presiden Rusia,Vladimir Putin. Putin menegaskan bahwa negaranya mendukung upaya demiliterisasi antariksa, yaitu antariksa terbebas dari penggunaan militer, namun negaranya tetap siap menghadapi serangan negara lain yang menggunakan antariksa.
Mengikuti tradisi Uni Sovyet (yang telah bubar pada 1991) yang menjadi salah satu pioneer eksplorasi antariksa, hingga sekarang riset dalam bidang antariksa tetap menjadi prioritas negara Rusia. Karena bukan hanya dapat meningkatkan harga diri namun juga menjaga keberlangsungan hidup sebuah negara. Meskipun mendukung upaya demiliterisasi antariksa dan mendorong upaya penggunaan antariksa untuk tujuan damai, namun diakui bahwa antariksa telah manjadi bagian dari strategi politik dan militer.
Putin mengungkapkan hal diatas pada peringatan Hari Kosmonot, yaitu memperingati keberhasilan Yuri Gagarin mengorbit Bumi,ke 43, (Associated Press, 12 April 2004 )
Program Antariksa China
Bila Rusia berpandangan seperti di atas bagaimana dengan negara lain ?
Republik Rakyat China merupakan negara di Asia yang paling disorot mengenai pemanfaatan antariksa.
Di tahun yang sama dengan pidato Vladimir Putin di atas, Departemen Pertahanan AS mengeluarkan laporan tahunan yang salah satu isinya menyoroti perkembangan militer China yang pesat di tahun belakangan dan konsep pengembangannya hingga dua dekade mendatang. Dari segi anggaran militer,anggaran militer China terbesar ketiga setelah AS dan Rusia, dalam kisaran 50 hingga 70 milyar dollar AS. Nomor empat setelah China adalah Jepang. Bahkan di tahun 2007 ini besar anggaran militer China bertambah dalam prosentase tahunan terbesar dibandingkan dengan negara lain. Selain itu muncul kecurigaan,China tidak transparan dalam memberitakan besar anggaran militer yang sebenarnya.
Beberapa proyek penting yang telah,sedang dan akan dijalankan oleh China diantaranya: keberhasilan mengorbitkan astronot (atau taikonout) pertama, meluncurkan satelit komunikasi militer yang mengorbit geosinkron, mengorbitkan satelit yang mampu memotret objek di Bumi, mengorbitkans atelit di orbit rendah yang menjadi cikal bakal pengembangan satelit mini,mengembangkan teknologi yang mampu melacak dan menangkal bahaya yang berasal dari satelit “musuh”. Sebagai contoh teknologi untuk menangkal satelit “musuh” (ASAT) meliputi peluncuran rudal balistik dari permukaan bumi, penggunaan sinar laser berenergi rendah untuk “membutakan” satelit lawan dan senjata pemusnah yang dilepaskan melalui wahana antariksa seperti mikrosatelit parasit, bahkan nanosatelit.
Keberhasilan proyek di atas secara tidak langsung meningkatkan kemampuan China untuk mendayagunakannya bagi kepentingan militer. Kemampuannya meliputi C4ISR atau Command, Control Communications, Computers (C4) Intelligence, Surveillance and Reconnaissance (ISR). Kemampuan seperti ini memberi arti bahwa instrumen militer China dapat bergerak cepat melampui pranata konvensional dalam memutuskan strategi perangnya.

Melanggar Kesepakatan
Ide demiliterisasi antariksa dijawab dengan peluncuran,salah satunya, setelit anti satelit XSS 11 pada April 2005. Satelit buatan The Air Force Research Laboratory milik Departemen Pertahanan AS berbiaya 56 juta dollar AS merupakan jenis satelit yang sedikit mungkin dikendalikan oleh manusia. Satelit ini akan mendekati satelit lawan pada jarak 2 km untuk kemudian melumpuhkannya. XSS 11 merupakan awal dari rangkaian percobaan ASAT. Hingga sekarang tidak ada data pasti berapa satelit militer yang telah diluncurkan dan akan diluncurkan oleh negara adi daya ini.
Penggunaan satelit untuk tujuan militer tidak bisa dielakkan bahkan telah menjadi kewajiban oleh AS, salah satunya adalah peran satelit dalam penyerbuan Irak dan memata-matai proyek penelitian PLTN di Iran.
Lebih dari itu, mantan Menteri pertahanan Donald Rumsfeld mengemukakan rencana AS untuk melanjutkan penelitian perang bintang (yang dicanangkan Presiden Ronald Reagen dengan nama Strategic Defense Initiative,SDI )dengan mengembangkan Sistem pertahanan peluru kendali yang berfungsi bak payung pelindung bagi seluruh wilayah AS yang dinamakan National Missile Defense (NMD) dan Theater Missile Defense (TMD) untuk wilayah samudera.
Meskipun menggunakan istilah “pertahanan” semangat dari program diatas adalah kembali “memiliterisasi antariksa “ (weaponization of space). Secara umum kebijakan pertahanan AS dikatakan Rumsfeld dengan ”mengorganisasikan, melatih dan melengkapi guna mendorong dan melanjutkan sistem pertahanan dan penyerangan di antariksa”.
Kebijakan ini melanggar kesepatan yang diratifikasi oleh 91 negara pada 1967 mengenai Perjanjian Antariksa, yang berisi mengenai “ prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh tiap negara dalam mengeksplorasi dan mendayagunakan antariksa,termasuk di dalamnya Bulan dan objek langit lainnya,” yang dijiwai oleh semangat untuk “kebaikan peradaban manusia”.
Melihat paparan di atas, muncul kekuatiran bahwa memang sulit menghapus militerisasi antariksa. Antariksa akan tetap menjadi medan peperangan di abad ini.



Keterangan gambar :
Gbr.Peluncuran misil
Salah satu jenis ASAT adalah peluncuran misil melalui pesawat F-15 seperti tampak dalam gambar. F 15 tengah meluncurkan ASM-135 ASAT. Foto diabadikan pada 13 September 1985. (sumber gambar wikipedia)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda