planet_kita

Suatu Saat di Pojok Alam Semesta...

17 Mei 2008

Mengapa Pergi ke Antariksa ?

Sudah ribuan tahun langit beserta bintang gemerlap yang bertaburan, juga matahari yang terbit-terbenam dengan keindahan panoramanya, dan Bulan yang berubah-ubah bentuk menarik perhatian manusia. Pengamatan lebih teliti kemudian dikenali adalanya planet yang berubah-ubah posisi, komet dan meteor semakin menambah semaraknya warga langit. Ada apakah di sana ?

Pengetahuan manusia atas keadaan langit beserta perubahan fenomenanya menyatu dengan budaya membentuk kepercayaan bahwa langit memiliki pengaruh terhadap kehidupan di Bumi. Langit dipandang sebagai bagian dari kepercayaan.

Pengetahuan mengalami metamorfosis menjadi ilmu pengetahuan mengubah pandangan mitologi langit menjadi bagian dari alam yang harus dipelajari dan dimanfaatkan. Beda dengan ilmu pengetahuan lain, pengetahuan mengenai langit ternyata membutuhkan energi lebih guna mengungkap misterinya dikarenakan hambatan jarak. Justru disinilah letak tantangannya.


Tantangan

Tantangan itu melahirkan penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang akhirnya memberi dampak positif pada penerapan di kehidupan sehari-hari di Bumi. Sebagai contoh, guna mendeteksi obyek langit yang amat redup maka diperlukan “mata” yang amat tajam berupa teleskop baik optik maupun radio. Penemuan teknologi dalam kedua bidang ini tentu memberi pengaruh pada kegiatan manusia di Bumi yang memerlukan alat berupa teleskop.

Pada akhirnya, hingga sekarang, upaya manusia memahami langit, kemudian ditegaskan sebagai antariksa atau luar angkasa yaitu ruang di ketinggian di atas 100 km dari permukaan Bumi, bukan hanya sekedar memuaskan rasa ingin tahu saja. Berbagai macam proyek yang berkaitan dengan eksplorasi antariksa memiliki misi yang amat beragam. Antariksa telah menjadi bagian yang amat dekat dengan kehidupan manusia. Abad 21 sekarang ini semakin menegaskan betapa kian pentingnya antariksa.

Manusia telah ber-evolusi dari manusia yang menapak Bumi karena memandang hanya Bumi sebagai satu-satunya lingkungan yang memberi prospek kehidupan menjadi manusia kosmos yang memandang Bumi sebagai salah satu dari tempat yang memberi prospek kehidupan.

Keberhasilan pesawat ruang angkasa SpaceShipOne dalam menembus batas antariksa kian memperkuat premis di atas. Pasalnya, antariksa bukan menjadi wilayah eksklusif para ilmuwan dan insinyur yang menggelutinya, tetapi telah menjadi medan penjelajahan masyarakat awam.

Secara ringkas disimpulkan mengapa harus pergi ke antariksa dikarenakan beberapa hal yaitu mempelajari cara hidup dan bekerja di antariksa, penelitian di lingkungan hampa udara dan bebas gravitasi atau gravitasi mikro, mengeksplorasi Tata Surya, memahami bagaimana alam raya ini terbentuk dan mencari planet yang mirip Bumi, dan mempelajari lebih mendalam Bumi.


Manusia atau Robot

Abad 21 juga dikatakan sebagai abad robotika. Perkembangan teknologi per-robot-an sekarang ini sudah mencapai tingkat yang mencengangkan seiring perkembangan teknologi dalam orde nano (atau nano teknologi).

Ada pendapat bahwa tugas manusia di dalam eksplorasi ruang angkasa nantinya bisa digantikan dengan robot. Pendapat ini ada benarnya. Pasalnya, tugas-tugas di antariksa memiliki resiko tinggi yang membahayakan keselamatan manusia.

Kita tahu bahwa telah terjadi kecelakaan dalam misi antariksa berulang kali yang membawa kematian bagi astronot. Tercatat hingga kini telah tewas 21 orang astronot.

Ada banyak faktor yang bisa mengakibatkan kecelakaan atau bencana di dalam misi antariksa. Mulai dari kesalahan prosedur pengoperasian teknologi antariksa, adanya kerusakan—meskipun kecil—dari wahana antariksa yang begitu rumit, hingga faktor di luar prediksi manusia seperti tumbukan dengan benda langit dan ledakan radiasi matahari.

Karenanya, pilihan robot menggantikan tugas manusia adalah pilihan yang wajar. Dalam hal ini telah dikembangkan robot dengan bantuan teknologi virtual reality (disebut robonaut) untuk membantu atau menggantikan tugas astronot.

Namun ada beberapa tugas yang tidak bisa digantikan oleh robonaut itu dalam eksplorasi antariksa yaitu :

Sebagai pengamat (observer) dimana manusia dapat menyeleksi dan memilah obyek pengamatan baik dalam lingkup Tata Surya maupun di kedalaman antariksa (deep space).

Sebagai subyek maupun obyek penelitian dimana manusia bisa melakukan inovasi dari misi penelitian di antariksa, sekaligus memahami pengaruh lingkungan tanpa bobot dan tanpa daya dukung kehidupan bagi metabolisme tubuhnya.



Sebagai teknisi dimana manusia mampu memperbaiki kerusakan mesin yang terjadi dan melakukan upaya perbaikan.

Sebagai pemecah masalah dimana dalam misi di luar angkasa banyak sekali kemungkinan munculnya persoalan yang belum terpikirkan selama persiapan di Bumi. Kreatifitas yang dimiliki oleh manusia merupakan anugerah yang tidak dimiliki oleh robonaut.

Dengan melihat itu semua maka sungguh ideal bila upaya mengeksplorasi antariksa memerlukan kerja sama antara manusia (astronot) dengan robot cerdas (robonaut), dimana robonaut bertugas menggantikan pekerjaan astronot yang memiliki resiko tinggi.

Akhirnya, menjawab pertanyaan mengapa manusia harus pergi ke antariksa maka jawabannya kembali kepada seberapa paham manusia mengerti arti penting antariksa itu bagi dirinya.

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda